Tuesday, December 19, 2006

KADES DIDUGA MENCABULI
ANAK DIBAWAH UMUR

CARIU-JBN: KM salah seorang Kepala Desa di Kecamatan Cariu (16/11) dilaporkan ke Mapolres Bogor karena diduga telah mencabuli anak di bawah umur. Titin (bukan nama sebenarnya-15) digagahi sang kades disebuah Villa dikawasan Puncak pada 27 Oktober lalu.Ironisnya, semenjak dilaporkan, pihak korban mengaku kecewa karena tidak adanya tindak lanjut atau pengusutan dari kasus tersebut, baik itu proses hukum maupun sanksi administrasi pemerintahan.
Ironisnya kasus pencabulan ini dilakukan oleh aparatur pemerintahan yang seharusnya memberikan teladan yang baik bagi warga maupun generasi muda didaerahnya. Apalagi selain menjabat sebagai kades, KM juga merupakan Pembina di SMP terbuka dimana Titin bersekolah. Menurut sumber JBN, kejadian ini berawal ketika Titin diajak jalan-jalan oleh Minah (diduga sebagai germonya), kemudian ia dipertemukan dengan sang kades yang sudah menunggu disebuah Villa dikawasan Puncak. Sesampainya di villa tersebut, Titin disuguhi air mineral yang ternyata sudah dicampur dengan semacam obat bius yang membuat Titin tak sadarkan diri. Tidak lama kemudian, sekitar 15 menit ia merasa pusing dan akhirnya jatuh pingsan.Dalam keadaan tak sadarkan diri inilah, Titin digarap sang kades pada salah satu kamar di villa tersebut, sementara Minah menunggu diruang tamu. Dan begitu siuman Titin langsung berteriak karena mendapati tubuhnya telanjang bulat, walaupun kemudian di bujuk oleh sang kades dan Minah untuk tidak panik, karena ia akan bertanggungjawab. Hanya saja ketika sepakat untuk pulang, dikawasan Cariu, Titin diturunkan dijalan dan diberi uang sebesar Rp 500 ribu sebelum pulang. Tidak menerima perlakuan tersebut, kemudian Titin melaporkan kejadian tersebut pada orang tuanya yang langsung marah mendengar cerita Titin.

Hanya saja, sang orangtuanya tidak begitu saja mempercayainya, makanya keesokan harinya ia menanyakan langsung pada sang kades, walaupun sang kades terus berkelit. Akhirnya AM (32) ibu kandung Titin melaporkan kasus tersebut ke Mapolres Bogor dengan pengaduan Nopol LP/1683/K/XI/2006/RES BGR. Dan atas anjuran petugas akhirnya Titin langsung divisum di RSUD Cibinong.Pihak keluarga mendesak pada Kapolres Bogor agar segera mengungkap tuntas kasus pencabulan pada anak dibawah umur tersebut, dan menagkap pelakunya. (Anwr)

Friday, December 15, 2006

PENYANDANG BALITA GIZI BURUK MENINGKAT 79 %

CIBINONG- Balita gizi buruk di Kabupaten Bogor meningkat tajam hingga 79 persen, dari 3.313 balita pada tahun 2005 menjadi 5.934 balita penyandang gizi buruk pada 2006. Sedangkan balita gizi kurang pada 2006 juga telah mencapai angka di atas 10.000 balita, padahal pada 2005 masih di bawah level tersebut. Fakta ini terungkap dalam rapat kerja antara Komisi D DPRD Kabupaten Bogor dan Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Bogor, di gedung DPRD Kabupaten Bogor di Cibinong, belum lama ini, yang dipimpin oleh Ketua Komisi D Supono (F-PAN) dan dihadiri Kepala Dinkes drg. Tri Wahyu Harini dan Kepala Bidang (Kabid) Pencegahan, Pemberantasan Penyakit dan Kesehatan Lingkungan (P2PKL) dr. Eulis Wulantari. Anggota Komisi D, Arief Munandar (F-PKS) mempertanyakan angka balita penyandang gizi buruk dan gizi kurang yang justru makin meningkat padahal pemerintah pusat menggalakkan peningkatan pelayanan kesehatan kepada masyarakat dengan memberdayakan pos pelayanan terpadu (Posyandu) sampai ke tingkat rukun tetangga (RT) serta pemberian makanan tambahan (PMT).

Saat ini ada 4.069 Posyandu di Kabupaten Bogor. “Apakah data tersebut (balita gizi buruk) tidak valid atau programnya tidak sampai?” kata Arief Munandar. Menurut dia, anggota dewan mengusulkan agar Dinkes meningkatkan pelayanannya dengan cara lebih mendekatkan lagi petugas kesehatan kepada masyarakat. Paling tidak di setiap desa ada satu orang bidan serta satu orang perawat. Seperti kejadian di Kecamatan Rumpin, ada warga penderita campak meninggal dunia, karena miskin dan domisilinya sangat jauh dari Puskesmas terdekat,” kata Arief. Banyak bidan dan perawat yang enggan bekerja di desa terpencil, karena fasilitasnya sangat minim. “Dewan mengusulkan, agar bidan dan perawat yang ditugaskan di desa terpencil diberikan insentif tersendiri. Kalau memungkinkan diberikan rumah dinas. Sehingga, mereka betah bekerja di desa terpencil,” kata Arief. Diakuinya, persoalan gizi buruk dan gizi kurang tidak hanya menjadi tanggung jawab Dinkes Pemkab Bogor, tapi menjadi tanggung jawab seluruh elemen masyarakat.

Masalah gizi buruk dan gizi kurang merupakan masalah sosial, yang merupakan dampak dari lemahnya daya beli masyarakat, sehingga menyebabkan meningkatnya angka kemiskinan. Penanganan masalah yang krusial ini, menurutnya, tidak cukup hanya dengan PMT, tapi dengan meningkatkan indeks pembangunan manusia (IPM) meliputi peningkatan daya beli, pendidikan, dan pelayanan kesehatan. “Peningkatan IPM ini tidak mudah dan membutuhkan waktu lama, tapi harus dilakukan secara terpadu,” katanya. Arief menambahkan, meskipun APBD Kabupaten Bogor relatif agak meningkat, tapi persoalan gizi buruk dan gizi kurang juga makin meningkat. Hal ini antara lain disebabkan alokasi beberapa mata anggaran APBD masih diperuntukkan persoalan yang kurang prinsip. (Anwr).

Monday, December 04, 2006

PELURU NYASAR POLISI
TEMBUS KEPALA SEORANG BOCAH SD

BOGOR: Dadan Teja Sukmana, bocah SD berusia 7 tahun, warga Kampung Mukawarna RT 10/02, Desa Sirnasari, Kecamatan Tanjungsari, Kabupaten Bogor. menjadi korban peluru nyasar, Minggu (3/12/2006). Dadan tewas setelah kepalanya tertembus peluru polisi yang sedang melakukan penangkapan terhadap pelaku pencurian kendaraan bermotor (curanmor) di kampung tersebut, sekitar pukul 06:30 wib.
Berdasarkan keterangan yang diperoleh, sebelum menghembuskan napas terakhirnya, korban sempat mendapat perawatan intensif selama dua jam di RSUD Cianjur. Anak dari pasangan Manih, 20, dan Maman, 25. yang saat ini duduk di kelas 1 SD di kampung tersebut meregang nyawa sekitar pukul 10:15 di UGD rumah sakit tersebut. Menurut kesaksian warga yang sempat melihat peristiwa, saat itu ada sekelompok orang yang diduga kuat petugas polisi berpakaian preman, turun dari mobil kijang putih bernomor polisi Bogor, kemudian terdengar suara tembakan sebanyak tiga kali. Warga pun melihat orang-orang tersebut menangkap seorang pria yang tertembak dan membawanya ke mobil dan langsung pergi.
Tidak lama setelah kejadian penangkapan, suasana di Kampung Mukawarana yang jadi Tempat Kejadian Perkara (TKP) dari penembakan penjahat itu langsung heboh. Tidak jauh dari lokasi, seorang bocah ditemukan tergeletak tak berdaya oleh teman mainnya. Dan dia ternyata Dadan. Dadan ditemukan terkapar di pematang sawah dengan kondisi kepala berlubang tertembus peluru. Diduga, peluru tersebut berasal dari salah satu senjata milik anggota Polisi yang nyasar.
Korban langsung dievakuasi dengan menggunakan kendaraan ambulans milik puskesmas setempat ke Rumah Sakit Cianjur. Saat itu, kondisi Dadan sudah kritis. Untuk mendapatkan perawatan khusus, keluarga korban berencana akan dibawa ke Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung, sesuai rujukan rumah sakit yang merawat sebelumnya. Namun, belum sempat dibawa ke RSHS, korban sudah meninggal dunia.
Sementara itu, Teti salah seorang keluarga korban mengungkapkan harapannya agar pihak kepolisian mau bertanggungjawab atas kejadian yang menimpa keluarganya.(Anwr)